Gemariau.com - Angkatan Bersenjata Inggris memutuskan untuk memperbaiki hubungan militernya dengan Tentara Nasional Indonesia (TNI). Hubungan itu beberapa kali terganggu ketika pemerintah Inggris berkali-kali mengkritisi kewenangan TNI mempergunakan senjata buatan mereka sata menggelar operasi militer.
Hubungan militer kedua negara ini memang pasang surut. Yang paling terburuk pernah terjadi saat Bung Karno mengumumkan digelarnya Operasi Dwikora di Kalimantan. Ketika itu, Indonesia tidak terima dengan berdirinya negara Malaysia.
Embargo besar-besaran dari Barat membuat Indonesia melirik Rusia untuk membeli senjatanya. Tak hanya itu, TNI beberapa kali terlibat bentrok dengan pasukan elite Inggris SAS di hutan belantara Kalimantan.
Setelah pemerintahan Presiden Soekarno jatuh, hubungan antara TNI dan Inggris baru memburuk kembali ketika Era Reformasi bergulir. Inggris menolak senjata buatannya digunakan untuk memerangi rakyat sipil, yang dimulai setelah berlangsungnya jajak pendapat di Timor-Timur, kerusuhan di Maluku maupun operasi terpadu di Aceh.
Inggris pernah mengusulkan untuk mengembargo Indonesia secara militer melalui Uni Eropa pada 1998 lalu. Usul itu disetujui, alhasil TNI tidak bisa membeli alutsista atau memperbaiki alat perangnya. Embargo tidak berlangsung lama, selang dua tahun keran impor dari Eropa kembali dibuka, tapi tidak dengan Inggris.
Kini, kedua belah pihak berupaya memperbaiki hubungan tersebut dengan menandatangani Memorandum of Understanding (MoU) yang ditandatangani oleh Menhan kedua negara tanggal 1 November 2012 lalu di London.
Selain Inggris, tindakan serupa pernah dilakukan Amerika Serikat. Bahkan, negara ini pernah melakukannya berkali-kali dimulai saat pemerintahan Presiden Soekarno berlangsung. Tak hanya itu, Negeri Paman Sam ini juga pernah menerjunkan pilotnya untuk memerangi Indonesia.
Setelah pemerintahan beralih ke tangan Soeharto, AS kembali mengembargo Indonesia pada tahun 1970 dan 1980-an. Embargo selanjutnya terjadi saat TNI terlibat dalam kasus penembakan demonstran hingga menewaskan ratusan orang di Santa Cruz, Timor Timur.
Membanjirnya tudingan di mana TNI terlibat dalam peristiwa berdarah usai berlangsungnya jajak pendapat di Timor Timur membuat AS kembali mengembargo Indonesia. Alhasil, embargo ini mengakibatkan sejumlah alutsista tak bisa digunakan.
Dari semua matra, TNI AU paling merasakan dampaknya. Sejumlah pesawat F-16 tak bisa dipakai, bahkan terpaksa dikanibalisasi agar pesawat lainnya tetap mengudara. Tak hanya memberlakukan embargo, militer AS juga enggan melakukan operasi militer dengan Indonesia.
Dibandingkan Uni Eropa, embargo yang dilakukan AS ini berlangsung cukup lama, yakni mulai dari tahun 1998 dan dibuka kembali tujuh tahun berikutnya. Sejak itu, Indonesia bisa membeli suku cadang F-16 dari AS.
Hubungan Indonesia dan Rusia juga tak selamanya mulus. Selepas peristiwa 30 September 1965, hubungan kedua negara yang sangat erat, tiba-tiba buyar. Pemerintah Orde Baru menyetop semua kerja sama dengan negara komunis seperti China dan Uni Soviet.
Alhasil, banyak pesawat buatan Rusia yang tidak bisa dioperasikan, bahkan di-grounded akibat ketiadaan suku cadang.
Padahal, Indonesia sempat dikenal sebagai Macan Asia di awal medio 1960an. Hanya dalam waktu singkat, puluhan jet tempur dan bomber buatan Rusia, jadi rongsokan.(al/merdeka)
0 Response to "Saat Inggris, Rusia dan AS musuhi TNI"
Posting Komentar