Tiga daerah itu dijadikan pilot project UNBK di Kabupaten Siak SMAN 1 Siak, SMKN Mempura dan SMKN 1 Kandis. Berdasarkan pantauan di sekolah favorit did aerah masing-masing itu tak ada kendala bagi peserta UNBK mengerjakan soal. Bahkan pihak sekolah dan siswa mengaku lebih nyaman dengan UNBK daripada UN berbasis paper.
Bagi siswa sendiri mengoperasikan komputer bukan perkara sulit, di era kemajuan teknologi saat ini sudah menjadi permainan harian, meski hanya sekedar mengerjakan tugas sekolah, dan permainan game. Hanya dengan simulasi beberapa kali yang digelar pihak sekolah mereka lancar mengerjakan UN sistem online.
Sementara bagi pihak sekolah justru merasa sistem UNBK lebih nyaman dan tenang. Pihak sekolah tidak lagi direcoki dengan urusan logistik UN.
Karena, selama ini UN berbasis paper, pihak sekolah harus menjemput soal UN di Polsek terdekat. Kali ini soal UNBK langsung dari pusat, peserta UN mengakses di komputer yang sudah memiliki server tersendiri.
Namun melaksanakan UNBK, pihak sekolah bukan tidak dihadapi dengan resiko. Konsekwensi UNKB, harus tersedia komputer dan jaringan. Jumlah komputer sesuai dengan kebutuhan peserta UN, sesuai petunjuk teknis yang dibuat pusat. Paling tidak, sekolah harus menyediakan minimal 60 komputer lengkap dengan jaringan internet ditambah 10 cadangan.
Selain itu, sekolah juga harus memastikan listrik tidak padam selama UN berlangsung. Oleh karena itu, dibutuhkan genset cadangan, jika sewaktu-waktu listrik PLN mati. Jika PLN padam, dikhawatirkan akan menggangu konsentrasi peserta UN yang sedang berupaya maksimal menjawab soal.
Bagaimana dengan tiga sekolah yang dijadikan pilot project tersebut, apakah sudah bisa melengkapi. Tentu saja sudah, buktinya UN tahun 2016 di sekolah tersebut sudah tuntas dan berlansung aman dan lancar.
Kembali ke Kecamatan Tualang. Di Kecamatan terpadat penduduk ini terdapat banyak sekolah setingkat SMA yang selama ini menghasilkan lulusan berkualitas. Ambil saja contoh SMAN 1 Tualang, SMK YPPI dan SMKN Yamatu. Namun pada UN tahun ini, belum mampu menjadi pilot project pelaksaan UN berbasis komputer sebut.
Kepala SMAN 1 Eri Yulindo MPd, mengkui, SMAN 1 sempat dilakukan survei oleh Kemediknas terkait pelaksaan UNBK, namun belum mampu karena keterbatasan fasilitas.
"Kita juga kemarin disurvei untuk UNBK tahun 2016, fasilitas kita tak cukup. Komputer tidak cukup, kita harus menyediakan genset dua unit mengantisipasi PLN padam, Ini belum terpenuhi," kata Eri.
Kalau soal peserta UN, Kepsek Eri menjamin anak-anak SMAN 1 tidak masalah dengan sistem UNBK. Mereka pada prinsipnya, siap. Apalagi sebelum hari H akan diberikan simulasi.
"Ini cuma hanya kekurangan fasilitas saja. Anak-anak pada prinsipnya siap," ucap Kepala SMA favorit ini.
Salah seorang pemerhati pendidikan Kecamatan Tualang Rinaldi SAg mengaku prihatin tidak ada sekolah di Kecamatan Tualang yang sanggup menggelar UNBK. Menurutnya, alasan fasilitas kurang, seharusnya sudah menjadi Pekerjaan Rumah (PR) intansi terkaut sejak sistem UNBK diterapkan tahun 2014 silam.
"Sistem UNBK sudah diterapkan sejak tahun 2014. Bahkan saya membaca di media Gubernur DKI Jakarta mewacanakan seluruh sekolah DKI menerpakan UNBK. Seharusnya, beberapa sekolah sudah dijadikan percontohan sistem UNBK," ujar wartawan senior kabupaten Siak.
Alumi UIN Susqa ini, menilai dari segi SDM sekolah Tualang dikenal sebagai barometer pendidikan di Kabupaten Siak, tentu saja sangat tidak masuk akal, tak sanggup melaksanakan UNBK. Dari segi infrastrukture, sekolah Tualang sudah tersedia listrik PLN, jadi suplay listrik seperti tidak jadi persoalan.
"Jika memang komputer tidak mencukupi, seharusnya menjadi perhatian Dinas Pendidikan, masa menyedikan komputer 100 unit tidak bisa. Padahal sangat dibutuhkan, Kita berharap tahun depan Tualang tidak ketinggalan dari daerah lain dengan sistem UNBK," tandasnya. (tbn)
0 Response to "Tualang Belum Sanggup Gelar UNBK Karena Fasilitas Pendukung Kurang"
Posting Komentar