-->
pasang

Ini Alasan Pedagang Menggunakan Formalin

Ilustrasi
Gemariau.com - Heboh penggunaan zat berbahaya, seperti formalin dan boraks di kalangan pedagang dan nelayan, ternyata bukan tanpa alasan. Berdasarkan penelusuran Serambi ke beberapa kawasan Kota Banda Aceh dan Kabupaten Aceh Besar, diperoleh pengakuan menyangkut alasan penggunaan zat yang sudah difatwakan haram oleh MPU tersebut.

Tidak mudah masuk ke dapur-dapur tempat diraciknya aneka makanan olahan, seperti mi, bakso, dan penganan lainnya. Pedagang ikan pun tutup mulut asal-muasal formalin, zat yang lazimnya banyak dipakai untuk mengawetkan mayat dan kayu.

Seorang pedagang mi bernama Zaini bersedia menguak sedikit cerita pemakaian bahan pengawet formalin dan boraks. “Tapi, saya tak pernah pakai formalin dan boraks,” kata dia buru-buru menjelaskan.

Menurut Zaini, di kalangan beberapa pedagang mi yang nakal, boraks dimanfaatkan untuk memberatkan mi. Sedangkan formalin dipakai untuk mengawetkan, sehingga mi hasil produksi mereka dapat bertahan hingga tiga hari.

Zaini pun mengulas cara pemakaian zat kimia tersebut. Menurutnya, boraks yang bahannya berbentuk tepung tersebut dicampur dengan bahan dasar pembuatan mi. Kemudian setelah berwujud mi, direbus dengan air mendidih yang sudah dicampur formalin selama satu jam. Sehingga zat kimia tersebut akan menyerap ke dalam mie.

“Kalau tidak menggunakan bahan pengawet seperti formalin, maka mi ini hanya akan bertahan 24 jam saja, tapi kalau pakai formalin bisa sampai tiga hari. Bagi pedagang yang tidak mau rugi tentu memakai formalin,” ujarnya. Mi yang pakai formalin tampak lebih segar.

Dia menjelaskan, ciri-ciri mi yang memakai formalin tampak lebih segar dan warna lebih terang serta bersih. Sedangkan mi tanpa formalin tampak kusam.

Meski berbahaya namun tak sulit mendapatkan bahan-bahan pengawet tersebut. Sebab, distributor bahan baku mi di Medan memang menyediakan paket lengkap alias termasuk bahan pengawetnya jika diminta. Pengawet berbahaya ini pun bisa dikirim bersamaan dengan bahan lain seperti tepung. “Saya saat berbelanja bahan baku di Medan juga pernah ditawari pengawet itu, namun karena berlawanan dengan prinsip berdagang, maka saya tolak,” ujarnya.

Di Banda Aceh, bahan serupa juga dijual, meskipun hanya untuk kalangan terbatas. “Pesanan akan diantar ke tempat usaha dengan aman,” kata dia. Sementara di kalangan nelayan, formalin masih diandalkan mengawetkan ikan. Namun, untuk menelisik bagaimana cara mereka memperoleh formalin tidaklah mudah. Beberapa di antara nelayan Lampulo yang ditanyai Serambi mengaku tidak pernah menggunakan formalin. Padahal, hasil tes yang dilakukan Dinas Kelautan dan Perikanan Aceh, bulan silam, masih ada pemakaian formalin pada ikan di Lampulo.

“Memang pernah ada kabar nelayan yang memakai formalin, namun saat ini dari nelayan yang saya kenal mereka tidak ada yang memakai formalin,” ujar seorang nelayan Lampulo, Ridwan yang mengaku tidak pernah bersentuhan dengan formalin.

Saat didesak tentang sumber mendapatkan formalin itu, Ridwan mengaku dari pembicaraan di kalangan nelayan diketahui bahwa zat formalin itu dipasok dari Medan. Sebab, lanjutnya, sejumlah apotek dan toko kimia di Banda Aceh tidak akan menjual untuk umum.

0 Response to "Ini Alasan Pedagang Menggunakan Formalin"

Posting Komentar